Sabtu, 25 Maret 2023

Ramadan Bulan Latihan Tinjauan pustaka 2

https://ahmadfatch.blogspot.com/2023/03/ramadan-bulan-latihan-tinjauan-pustaka.html

Ramadan Bulan Latihan Tinjauan pustaka 2

Mulyadi, S. (2017). Bulan Suci Ramadan: Perspektif Sosial-Budaya. Jakarta: Rajawali Pers. Mulyadi (2017) mengatakan, "Ramadan adalah bulan suci yang memiliki makna sosial-budaya yang sangat penting bagi umat Islam" (hal. 5). Berkaiatan dengan "Ramadan 5.0: Membentuk Karakter Unggul di Era Digital dan Society 5.0". Ramadan sebagai bulan latihan dalam perspektif sosial-budaya yang diungkapkan oleh Mulyadi (2017) tentang Ramadan sebagai bulan suci memiliki kaitan yang erat dengan pembentukan karakter unggul di era digital dan Society 5.0. Ramadan sebagai bulan suci memiliki makna sosial-budaya yang tinggi bagi umat Islam, di mana individu diharapkan untuk memperkuat hubungan sosial dengan sesama serta meningkatkan kualitas hubungan dengan Tuhan.

Dalam konteks era digital dan Society 5.0, Ramadan dapat menjadi momen untuk memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan rasa persaudaraan. Ibadah tarawih dan buka puasa bersama di masjid atau di lingkungan sekitar dapat membentuk rasa persaudaraan dan kebersamaan yang kuat di antara individu. Hal ini penting dalam membentuk karakter yang inklusif dan mampu berkolaborasi dalam era digital dan Society 5.0.

Di sisi lain, pemahaman sosial-budaya dalam Ramadan juga mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang penting dalam membentuk karakter unggul di era digital dan Society 5.0. Nilai-nilai seperti kejujuran, toleransi, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap sesama sangat penting dalam menghadapi tantangan dan kompleksitas era digital. Ramadan dapat menjadi momen untuk memperkuat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai tersebut melalui ibadah dan tindakan nyata di lingkungan sekitar.

Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan, Ramadan sebagai bulan latihan memiliki peran penting dalam membentuk karakter unggul di era digital dan Society 5.0 melalui pengembangan hubungan sosial yang kuat dan pemahaman nilai-nilai moral dan etika yang baik.

Nizar, M. (2019). Kisah Ramadan: Pelajaran Hidup dari Peristiwa dalam Sejarah Islam. Jakarta: PT Pustaka Amani. Menurut Nizar (2019), "Kisah-kisah dalam sejarah Islam yang terjadi di bulan Ramadan dapat memberikan pelajaran hidup yang berharga bagi umat Islam" (hal. 3). Berkaiatan dengan "Ramadan 5.0: Membentuk Karakter Unggul di Era Digital dan Society 5.0". Ramadan sebagai bulan latihan dapat berkaiatan dengan pernyataan Nizar (2019) mengenai kisah Ramadan sebagai sumber pelajaran hidup yang berharga bagi umat Islam memiliki kaitan dengan pembentukan karakter unggul di era digital dan Society 5.0. Kisah-kisah dalam sejarah Islam yang terjadi di bulan Ramadan mengandung nilai-nilai moral dan etika yang bisa menjadi panduan bagi individu dalam menghadapi berbagai tantangan di era digital.

Melalui kisah-kisah tersebut, individu dapat memperoleh pemahaman tentang arti kesabaran, ketekunan, keikhlasan, dan keberanian dalam menghadapi berbagai rintangan dan godaan di era digital. Selain itu, kisah-kisah tersebut juga dapat menginspirasi individu untuk menjalankan aktivitas ibadah dan berbuat baik kepada sesama, sehingga membentuk karakter yang baik dan bertanggung jawab.

Dalam konteks Society 5.0, kisah-kisah Ramadan juga dapat membantu individu memahami pentingnya integrasi antara teknologi dan nilai-nilai moral dan etika yang baik. Dengan memahami kisah-kisah tersebut, individu dapat mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang baik dalam menghadapi tantangan era digital dan Society 5.0.

Selain pandangan-pendangan sebelumnya ada pandangan lain salah satunya dari Setiawan, A. (2016). Dalam Gemerlap Ramadan: Puisi dan Cerpen. Jakarta: Mizan. Setiawan (2016) mengungkapkan, "Ramadan menjadi momen yang penuh gemerlap dan inspiratif bagi para penulis dalam menciptakan karya-karya puisi dan cerpen" (hal. iv). Berkaiatan dengan "Ramadan 5.0: Membentuk Karakter Unggul di Era Digital dan Society 5.0". Meskipun buku Setiawan (2016) tidak secara langsung membahas tentang Ramadan sebagai bulan latihan dalam mengembangkan karakter unggul di era digital dan Society 5.0, namun karya-karya puisi dan cerpen yang terinspirasi oleh Ramadan dapat memberikan nilai-nilai positif bagi individu dalam mengembangkan karakter dan kreativitas.

Karya-karya tersebut dapat menginspirasi individu untuk lebih merrefleksi diri tentang nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, serta memperkaya imajinasi dan daya kreasi dalam menghadapi tantangan era digital yang kompleks dan dinamis. Sehingga, dalam konteks Ramadan sebagai bulan latihan, karya-karya puisi dan cerpen dapat dijadikan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan berpikir kreatif serta melatih empati dan kepekaan sosial.

Dalam Ramadan 5.0, di mana teknologi semakin mempengaruhi kehidupan sehari-hari, karya-karya puisi dan cerpen yang terinspirasi oleh Ramadan juga dapat memperkaya pengalaman individu dalam mengembangkan karakter unggul di era digital. Karya-karya tersebut dapat memberikan inspirasi dan motivasi dalam menjaga keseimbangan antara teknologi dan spiritualitas, serta membantu individu untuk lebih menghargai waktu dan ruang yang ada di sekitarnya. Di samping itu, Ramadan juga menjadi momen yang tepat untuk mempererat hubungan sosial dan meningkatkan solidaritas antarindividu. Melalui kegiatan-kegiatan sosial seperti tarawih bersama, buka puasa bersama, dan bersedekah, individu dapat belajar untuk lebih memahami pentingnya kerjasama dan saling membantu dalam menghadapi berbagai tantangan di era digital dan Society 5.0 yang semakin kompleks dan dinamis.

Dalam perspektif sosial-budaya, Ramadan juga memiliki makna yang sangat penting bagi umat Islam dalam mempertahankan identitas keislaman dan menjaga keberagaman. Di era digital yang serba terbuka, individu dapat mengalami banyak pengaruh dan godaan yang dapat mempengaruhi keyakinan dan identitasnya. Ramadan dapat membantu individu untuk lebih memahami nilai-nilai keislaman dan menjaga keberagaman dengan tetap menghargai hak asasi manusia dan prinsip-prinsip demokrasi yang ada. Dalam Ramadan 5.0, individu juga dapat menggunakan teknologi untuk memperkuat solidaritas dan menjaga keberagaman, misalnya dengan melakukan kegiatan amal online atau menggunakan media sosial untuk membagikan nilai-nilai kebaikan.

Secara keseluruhan, Ramadan sebagai bulan suci umat Islam dapat menjadi momen yang penting dalam mengembangkan karakter unggul di era digital dan Society 5.0. Dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan Ramadan seperti membaca Al-Quran, karya-karya puisi dan cerpen, serta kegiatan sosial, individu dapat melatih dirinya dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, empati, dan kepekaan sosial. Dalam era digital yang semakin kompleks dan dinamis, Ramadan dapat membantu individu untuk menjaga keseimbangan antara teknologi dan spiritualitas, serta memperkuat solidaritas dan menjaga keberagaman.

Semoga bermanfaat*****

5 komentar: